SIAPA SANDARAN KITA
Kita sering mendengar ungkapan ini, "Kalau ingin punya penghasilan besar jadilah pengusaha, selama masih jadi karyawan penghasilanmu akan se-gitu2 saja, kapan jadi kaya..."
Sementara yg lain bilang,"Sudahlah realistis saja, cari lowongan kerja sana jadi karyawan, daripada kamu usaha rugi terus, kan enak tiap bulan jelas penghasilannya."
Bahkan ada ungkapan seperti ini,"Pantesan kamu banyak rugi, caramu marketing salah, ini lo caranya supaya bisnis kamu moncer."
"Kamu harus kerja keras, biar karirmu di perusahaan ini cemerlang sehingga gaji dan tunjanganmu lebih gede."
Saya teringat kisah Khalid bin Walid yg dicopot jabatannya sbg panglima perang oleh Umar bin Khattab dan digantikan oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Saat itu kaum muslimin heran, mengapa di saat menghadapi perang yg penting ini Khalid bin Walid malah diganti.
Bukankah Khalid adalah jenderal yg tidak pernah kalah selama memimpin perang. Bahkan sebelum khalid masuk Islam.
Apa yg dikatakan Umar saat itu? Kata Umar, justru dirinya akan menyelmatkan kaum muslimin dari kekalahan. Menyandarkan kemenangan pada seorang Khalid bin Walid adalah hal yg sangat bahaya, karena itu adalah syirik yg akan menyebabkan kekalahan kaum muslimin. Karena sandarannya bukan Allah subhanahu wata'ala yg Maha Kuasa dan Maha Perkasa.
Umar lebih memilih kemaslahatan Tauhid, karena tauhid lebih penting dari segalanya.
Perhatikan perkataan Umar bin Khattab,
“Sesungguhnya aku tidak mencopot Khalid bin Walid karena marah ataupun dia berkhianat, tetapi manusia telah terfitnah dan aku ingin manusia tahu bahwa Allah-lah yang membuat kemenangan.”
Demikian pula kita, sebagaimana ungkapan2 yg telah tersebut di atas, kita sering menyandarkan rezeki kita pada kemampuan kita, bahkan mendewakan kehebatan diri sendiri.
Padahal kita semua tahu, sang pemberi Rezeki adalah Allah Rabbul 'alamin. Apalah gunanya kemampuan kita, kehebatan diri kita, sempurna dan kuatnya sistem yg kita bangun untuk mendapatkan rezeki, jika kita mengesampingkan kekuasaan Allah. Sandaran selain Allah lebih mendominasi diri kita bahkan menyombongkan diri bahwa semua rezeki yg kita peroleh karena kemampuan kita sendiri.
Bukannya keuntungan yg kita akan dapat tetapi kebangkrutan yg kita alami, bahkan harta yg kita dapatkan menjadi tidak berkah.
Lupakah kita, Qarun ditenggelamkan beserta hartanya akibat kesombongannya yg menganggap kekayaannya bukan dari Allah tapi karena kepandaian dia dalam berbisnis.
Masih ingatkah kita, Fir'aun yg ditenggelamkan Allah di tengah lautan akibat kesombongannya yg menganggap dirinya memiliki kekuatan yg menyamai bahkan melebihi Tuhan.
Kalimat tauhid yg kita ucapkan setiap hari, laa ilaaha illallah bahwa tiada tuhan melainkan Allah, artinya tiada tempat bergantung kecuali Allah, tiada yg memberi rezeki kecuali Allah, tiada tempat bersandar kecuali Allah.
Untuk itu, mari kita menyelamatkan diri kita dari 'kekalahan', mari menghindarkan diri kita dari 'kebangkrutan' dengan menyandarkan hidup kita hanya pada Allah subhana wa ta'ala semata dan bukan yg lain.
Wallahu a'lam...
M. Toni Akhiyat
Sementara yg lain bilang,"Sudahlah realistis saja, cari lowongan kerja sana jadi karyawan, daripada kamu usaha rugi terus, kan enak tiap bulan jelas penghasilannya."
Bahkan ada ungkapan seperti ini,"Pantesan kamu banyak rugi, caramu marketing salah, ini lo caranya supaya bisnis kamu moncer."
"Kamu harus kerja keras, biar karirmu di perusahaan ini cemerlang sehingga gaji dan tunjanganmu lebih gede."
Saya teringat kisah Khalid bin Walid yg dicopot jabatannya sbg panglima perang oleh Umar bin Khattab dan digantikan oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Saat itu kaum muslimin heran, mengapa di saat menghadapi perang yg penting ini Khalid bin Walid malah diganti.
Bukankah Khalid adalah jenderal yg tidak pernah kalah selama memimpin perang. Bahkan sebelum khalid masuk Islam.
Apa yg dikatakan Umar saat itu? Kata Umar, justru dirinya akan menyelmatkan kaum muslimin dari kekalahan. Menyandarkan kemenangan pada seorang Khalid bin Walid adalah hal yg sangat bahaya, karena itu adalah syirik yg akan menyebabkan kekalahan kaum muslimin. Karena sandarannya bukan Allah subhanahu wata'ala yg Maha Kuasa dan Maha Perkasa.
Umar lebih memilih kemaslahatan Tauhid, karena tauhid lebih penting dari segalanya.
Perhatikan perkataan Umar bin Khattab,
“Sesungguhnya aku tidak mencopot Khalid bin Walid karena marah ataupun dia berkhianat, tetapi manusia telah terfitnah dan aku ingin manusia tahu bahwa Allah-lah yang membuat kemenangan.”
Demikian pula kita, sebagaimana ungkapan2 yg telah tersebut di atas, kita sering menyandarkan rezeki kita pada kemampuan kita, bahkan mendewakan kehebatan diri sendiri.
Padahal kita semua tahu, sang pemberi Rezeki adalah Allah Rabbul 'alamin. Apalah gunanya kemampuan kita, kehebatan diri kita, sempurna dan kuatnya sistem yg kita bangun untuk mendapatkan rezeki, jika kita mengesampingkan kekuasaan Allah. Sandaran selain Allah lebih mendominasi diri kita bahkan menyombongkan diri bahwa semua rezeki yg kita peroleh karena kemampuan kita sendiri.
Bukannya keuntungan yg kita akan dapat tetapi kebangkrutan yg kita alami, bahkan harta yg kita dapatkan menjadi tidak berkah.
Lupakah kita, Qarun ditenggelamkan beserta hartanya akibat kesombongannya yg menganggap kekayaannya bukan dari Allah tapi karena kepandaian dia dalam berbisnis.
Masih ingatkah kita, Fir'aun yg ditenggelamkan Allah di tengah lautan akibat kesombongannya yg menganggap dirinya memiliki kekuatan yg menyamai bahkan melebihi Tuhan.
Kalimat tauhid yg kita ucapkan setiap hari, laa ilaaha illallah bahwa tiada tuhan melainkan Allah, artinya tiada tempat bergantung kecuali Allah, tiada yg memberi rezeki kecuali Allah, tiada tempat bersandar kecuali Allah.
Untuk itu, mari kita menyelamatkan diri kita dari 'kekalahan', mari menghindarkan diri kita dari 'kebangkrutan' dengan menyandarkan hidup kita hanya pada Allah subhana wa ta'ala semata dan bukan yg lain.
Wallahu a'lam...
M. Toni Akhiyat

0 Response to "SIAPA SANDARAN KITA"
Posting Komentar