KEBENCIAN MENGGERUS KEBAHAGIAAN
Setiap hari kebayakan orang selalu berinteraksi melalui media sosial, baik itu twitter, instagram, facebook, whatsapp, youtube, dan media sosial lainnya. Sosial media merupakan sarana paling mudah untuk berhubungan dengan semua kalangan apalagi di era pandemi Covid-19 saat ini. Bagi seorang pedagang, media sosial merupakan sarana yang efektif untuk memasarkan produknya, bagi para pendidik, media sosial menjadi sarana mudah untuk berbagi ilmu pada muridnya, bagi sebuah institusi, media sosial menjadi sarana paling sederhada dalam berkoordinasi, dan lain sebagainya.
Namun, manakala melihat postingan di media soaial akhir-akhir ini tidak sedikit hal-hal yang negatif ditemui. Ujaran kebencian, hoax, caci maki, pembohongan publik, dan banyak lagi teramat sering berseliweran di media sosial.
Satu hal saja yang teramat sering muncul di media sosial adalah ujaran kebencian. Saling sindir, saling hujat, saling caci, bahkan saling fitnah semuanya itu bersumber dari satu penyebab, yaitu kebencian. Betapa kebencian merubah segalanya menjadi lebih buruk. Karena kebencian, seorang sahabat menjadi musuh, persaudaraan menjadi permusuhan, yang baik dianggap jahat, yang benar dianggap salah.
Nampaknya setiap diri perlu merenung, bahwa kebencian sangat berakibat sangat buruk bagi harmoninya kehidupan. Setidaknya beberapa hal yang perlu diketahui, apakah efek yang muncul dari sebuah kebencian ini.
Pertama, Kebencian memunculkan dendam dalam diri
seseorang. Dendam merupakan sebuah kondisi saat seseorang berkeinginan keras untuk membalas dengan
perbuatan yang cenderung negatif. Dendam meerupakan tindakan
melukai atau menyakiti orang lain karena adanya cedera atau kesalahan yang diderita oleh
seseorang; keinginan untuk melakukan retribusi. Ketika kita tersakiti maka
secara alami kita akan meresponnya dengan cara-cara untuk mempertahankan diri. Namun, tidak berhenti disitu kita juga punya kecenderungan
untuk menyerang balik apa dan siapa yang menyerang/menyakiti kita. Walaupun
kadang perasaan inigin membalas dendam ini tidak diakui, tetapi dendam adalah
salah satu perasaan intens yang muncul pada setiap manusia. Alih-alih membantu untuk
sembuh dari sakit dan melanjutkan hidup, studi ilmiah menyebut balas dendam
justru membuat seseorang
tetap tidak bahagia.
Kedua, Kebencian memunculkan sikap tidak proporsional. Boleh diistilahkan bahwa orang yang dalam dirinya dipenuhi kebencian akan berlaku tidak adil. Seorang pemimpin bisa bersikap tidak adil terhadap kebijakannya karena kebenciannya pada seseorang atau kelompok tertentu. Seseorang bisa bersikap yang berbeda dengan orang yang dibencinya, padahal bisa jadi orang yang dibencinya sangat baik sikapnya dengan dia.
Ketiga, kebencian memunculkan sikap sombong. Karena kebenciannya pada orang lain, seseorang akan memiliki perasaan dirinya lebih baik dari orang yang dibencinya. Apapun yang dilakukan oleh orang yang dibenci menjadi hal yang salah menurut pembencinya. Merasa lebih baik inilah yang menjadikan kesombongan menyusup ke ruang hatinya.
Keempat, kebencian memunculkan kegalauan dalam diri. Bagaimana tidak, orang yang dipenuhi kebencian memandang negatif semua hal yang dibenci. Fikiran negatif memancarkan vibrasi atau getaran negatif ke dalam dirinya dan lingkungan sekitarnya. Perasaannya selalu gelisah saat membaca postingan orang yang dibencinya, bahkan gelisah melihat kebahagiaan yang didapati oang yang dibencinya.
Kelima, kebencian memutus persaudaraan atau silaturrahim. Ada seseorang yang bersahabat sangat lama dan rekat, tiba-tiba saling benci karena beda pandangan hidupnya. Beda pilihan partai, saling benci. Beda pilihan pilkada, saling menyerang. Beda pandangan, saling fitnah. Bukankah seharusnya persaudaraan/ukhuwwah merupakan hal yang mahal dalam hidup ini. Karena pada dasarnya manusia makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain.
Pada akhirnya bahwa tidak ada hal yang positif dari sebuah kebencian. Senyampang dengan itu, kebencian akan terus menerus menggerus kebahagiaan dalam hidupnya. Bukankah kebahagiaan menggambarkan keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intens. Di sisi kesehatan fisik, kebencian melemahkan sistim imun pada tubuh manusia. Saat itulah kesempatan masuk berbagai ancaman penyakit ke dalam tubuh manusia seperti virus, bakteri, dan lainnya.
Saatnya merubah kebencian menjadi cinta, berdamai dengan siapa saja dan keadaan apa saja, serta menerima apapun kejadian menimpa pada diri. Karena segala kejadian itu belum bermakna sampai seseorang intens pada hal positif atau negatif. Agar kebahagiaan tidak tergerus oleh kebencian yang terus dibiarkan.
M. Toni Akhiyat

0 Response to "KEBENCIAN MENGGERUS KEBAHAGIAAN"
Posting Komentar